Rabu, 03 Agustus 2011

Bangkitlah Indonesiaku!


Anda boleh jadi memiliki pandangan yang sama dengan kami setelah membaca edisi kali ini. Yakni, bahwa Indonesia nyatanya tidak “seburuk” yang digambarkan media massa sejuah ini. Sebagaimana kita simak di koran dan televisi nasional, paling tidak setahun terakhir ini, yang bisa kita lihat hanyalah demo, pertikaian elit politik, kerusuhan, korupsi dan tindak kriminal. Kemana wajah Indonesia yang sedang membangun? Tidak adakah?
          Dalam edisi kali ini, kita setidaknya bisa melihat Indonesia dari perspektif yang berbeda. Ada geliat lain jika kita menyimak detail launching Hari Kebangkitan Teknologi Nasional, 14 Juli lalu di Jakarta. Di antaranya adalah keseriusan negeri ini untuk menggarap pesawat rancangan sendiri, yakni N-219. Pesawat yang dirancang khusus untuk mendukung percepatan roda perekonomian di daerah ini memang telah berkali-kali mandeg di atas meja karena ketiadaan biaya. Namun, belum lama ini “nasibnya” tiba-tiba membaik setelah Kementerian Perindustrian menyatakan siap menggelontorkan dana sekitar Rp 300 miliar untuk insiasi pembuatannya.
          Uluran tangan Kementerian Perindustrian tentu bukanlah akhir dari seluruh permasalahan. Namun demikian, berita baik seperti itu nyatanya bukanlah bahan liputan yang menarik bagi wartawan nasional saat ini. Mungkin karena masih memegang teguh slogan “A Bad News is a Good News”, para kuli tinta masih lebih suka mengejar berita-berita yang amat menyiksa pikiran. Padahal tanpa disuguhi berita seperti itu pun sebagian besar dari kita sudah sangat menderita dengan harga barang dan kesulitan lain yang kian menjerat leher.
          Pers Indonesia, sayangnya, juga enggan mem-blow-up kunjungan Direktur Utama Airbus Military ke Indonesia, yang secara khusus ingin membantu PT Dirgantara Indonesia untuk bangkit. Di negara-negara maju seperti di Eropa dan Amerika, kini pabrik pesawat terbang adalah mesin penghasil uang yang luar biasa. Itikad dan uluran tangan Airbus mestinya terkait dengan kesuksesan yang tengah mereka raih. Mereka sepertinya tak ingin membiarkan DI, yang dahulu pernah menjadi mitra erat, tenggelam sendirian.
          Bagaimana pun kita memang tak bisa mengingkari kesusahan yang telah melanda Ibu Pertiwi. Hanya kini pertanyaannya, apakah kita ingin terus terpuruk? Tak bisakah kita singsingkan lengan baju lalu bangkit bersama-sama menciptakan suasana dan peluang yang kondusif agar bisa segera keluar dari berbagai permasalahan kita masing-masing. Kisah kebangkitan Airbus seperti dimuat dalam Fokus kali ini sangatlah inspiratif. Meski hanya dalam lingkup perusahaan, namun jika segenap komponen masyarakat bisa memiliki semangat seperti dimiliki karyawan Airbus, nsicaya secara bersama-sama Indonesia pun akan ikut bangkit.
          Bangkitlah Indonesia-ku! Terus maju dan membangun. Janganlah mengalah oleh karena satu atau seribu masalah. Buktikan kita masih memiliki semangat juang, seperti yang diserukan Bung Karno, Bung Hatta, dan para pemuda dalam pekik Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945. Mari kita buktikan bahwa Indonesia tak seburuk yang kita pikirkan. Dirgahayu Indonesia!

Adrianus Darmawan
adr@gramedia-majalah.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar